Kisah
yang kami sajikan ini merupakan salah satu dari kisah-kisah islami yang banyak
mengandung hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil. Harapan kami, semoga
kisah atau cerita tersebut dapat memotivasi kita semua agar kehidupan kita
lebih baik lagi dimasa-masa yang akan datang.
Silahkan menikmati kisah islami yang insya Allah menarik
ini:
Kisah Akhir Hidup Seorang Penyembah
Berhala
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Abdul Wahid bin Zaid berkata,
“Ketika itu kami naik perahu, angin kencang berhembus menerpa perahu kami,
sehingga kami terdampar di suatu pulau. Kami turun ke pulau itu dan mendapat
seorang laki-laki sedang terdiam menyembah patung.”
Kami berkata kepadanya, ‘Di antara kami, para penumpang
perahu ini tidak ada yang melakukan seperti yang kamu perbuat.’
Dia bertanya, ‘Kalau demikian, apa yang kalian sembah?’
Kami menjawab, ‘Kami menyembah Allah.’
Dia bertanya, ‘Siapakah Allah?’
Kami menjawab, ‘Dzat yang memiliki istana di langit dan
kekuasaan di muka bumi.’
Dia bertanya, ‘Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?’
Kami jawab, ‘Dzat tersebut mengutus seorang rasul kepada kami
dengan membawa mukjizat yang jelas, maka rasul itulah yang menerangkan kepada
kami mengenai hal itu.’
Dia bertanya, ‘Apa yang dilakukan rasul kalian?’
Kami menjawab, ‘Ketika beliau telah tuntas menyampaikan
risalah-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut ruhnya. Kini utusan itu telah
meninggal.’
Dia bertanya, ‘Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda
kepada kalian?’
Kami menjawab, ‘Dia meninggalkan kitabullah untuk kami.’
Dia berkata, ‘Coba kalian perlihatkan kitab suci itu
kepadaku!’
Kemudian kami memberikan mushaf
kepadanya. Dia berkata, ‘Alangkah bagusnya bacaan yang terdapat dalam mushaf
itu.’ Lalu kami membacakan beberapa ayat untuknya. Tiba-tiba ia menangis, dan
berkata, ‘Tidak pantas Dzat yang memiliki firman ini didurhakai.’ Kemudian ia
memeluk Islam dan menjadi seorang muslim yang baik.’
Selanjutnya, dia meminta agar diizinkan ikut serta dalam
perahu. Kami pun menyetujuinya lalu kami mengajarkan beberapa surat Al-Quran.
Ketika malam tiba, sementara kami semua berangkat tidur, tiba-tiba dia
bertanya, ‘Wahai kalian, apakah Dzat yang kalian beritahukan kepadaku itu juga
tidur?’
Kami menjawab, ‘Dia Hidup terus, Maha Mengawasi dan tidak
pernah ngantuk atau tidur.’
Dia berkata, ‘Ketahuilah, adalah termasuk akhlak yang tercela
bilamana seorang hamba tidur nyenyak di hadapan tuannya.’ Dia lalu melompat,
berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian ia qiyamullail sambil
menangis hingga datang waktu subuh.
Ketika sampai di suatu daerah, aku berkata kepada
kawan-kawanku, ‘Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam, sangat
pantas jika kita membantunya.’ Mereka pun bersedia mengumpulkan beberapa barang
untuk diberikan kepadaya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya. Seketika
saja ia bertanya, ‘Apakah ini?’
Kami menjawab, ‘Sekadar infak, kami berikan kepadamu.’
Dia berkata, ‘Subhanallah. Kalian telah menunjukkan kepadaku
suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu
pulau yang dikelilingi lautan, aku menyembah dzat lain (bukan Allah Subhanahu
wa Ta’ala) Sekalipun demikian, dia tidak pernah menyia-nyiakan aku …. Maka
bagaimana mungkin dan apakah pantas Dzat yang aku sembah sekarang ini, Dzat
Yang Maha Mencipta dan Dzat Maha Memberi rezeki akan menelantarkan aku?’
Setelah itu, dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari
kemudian, aku mendapat kabar bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut. Kami segera
menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian. Setiba di sana, aku
ucapkan salam kepadanya, lalu bertanya, ‘Apa yang kamu inginkan?’
Dia menjawab, ‘Keinginan dan harapanku telah tercapai pada
saat kalian datang ke pulau itu, sementara ketika aku tidak mengerti kepada
siapa aku harus menyembah.’
Kemudian aku bersandar pada salah satu ujung kainnya untuk
menenangkan hatinya, tiba-tiba saja aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi
melihat taman yang di atasnya terdapat kubah di sebuah kuburan seorang ahli
ibadah.
Di bawah kubah terdapat tempat tidur sedang di atasnya tampak
seorang gadis sangat cantik. Gadis itu berkata, ‘Demi Allah, segeralah mengurus
jenazah ini, aku sangat rindu kepadanya.’ Maka aku terbangun dan aku dapati
orang tersebut telah mati. Lalu aku mandikan jenazah itu dan aku kafani.
Pada malam harinya, saat aku tidur, aku memimpikannya lagi.
Aku lihat ia sangat berbahagia, didampingi seorang gadis di atas tepat tidur di
bawah kubah sambil menyenandungkan firman Allah.
“(Sambil mengucapkan), ‘Salamu ‘alaikum bima shabartum.’’
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 24) (Al-Mawa’izh wal
Majalis, 40).
Sumber : 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul
Wahab, Darul Haq, Cetakan 5, Shafar 1430/2009.
Post a Comment Facebook Disqus Blogger
Maklumat:
1. Terima kasih atas kunjungannya, semoga bisa memberi manfaat
2. Silahkan baca artikel dan beri komentar dengan bahasa dan tutur kata yang baik
3. Semoga slalu dalam karunia Allah SWT