Pilih Suami atau Orang tua?

Global Pertanyaan:
Assalamu’alakum
Ustadz kedua orang tuaku menyuruhku untuk melakukan perbuatan yang menjurus kepada kesyirikan, sedangkan suamiku melarangnya. Tetapi saya bingung untuk memilih, antara ketaatan kepada orang tua atau kepatuhan kepada suami?




Jawaban
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebagai seorang anak tentu kita diwajibkan untuk berbakti kepada orang tua, kapan dan dimanapun berada. Sebab ridho Allah itu terletak pada ridho kedua orang tua. Maka tak heran jika dalam al Quran ataupun Hadist kita menemukan banyak sekali anjuran untuk senantiasa berbuat baik dan menghormati keduanya.

Disisi lain, ketaatan seorang istri kepada sang suami juga merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan. Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam juga telah menerangkan bahwa ketaatan seorang istri terhadap suami adalah salah satu jalan menuju ridho dan surga-NYA.

Lalu bagaimana seandainya diantara keduanya (antara suami dan orang tua) sedang timbul masalah? Manakah yang harus kita dahulukan, suami ataukah orang tua?

Dalam hal ini, tentu anda harus bersikap bijak dan mengetahui pokok permasalahan yang sedang dihadapi. Jangan sampai anda lebih memilih salah satu diantara keduanya sebelum mengetahui dan memahami manakah diantara keduanya yang salah dan yang benar. Maka silahkan anda berpihak pada KEBENARAN.

Jika anda menemukan kebenaran pada kedua orang tua anda, maka anda berhak membantu keduanya dan memberi nasehat dengan cara yang baik kepada suami anda. Begitu juga sebaliknya, jika anda mendapatkan kebenaran tersebut berpihak pada suami anda, maka anda harus berani memberi nasihat dengan cara yang baik dan halus kepada orang tua anda.

Bolehkan membantah perintah orang tua?

Seperti yang telah kami singgung diatas, bahwa kita selaku anak tentu berkewajiban untuk selalu mentaati semua perintah dan menghormati kedua orang tua, dengan syarat kedua orang tua tersebut mengajak kepada kebaikan, menyeru untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dan perbuatan-perbuatan mubah lainnya.

Akan tetapi jika ternyata mereka mengajak anda untuk berbuat kufur, syirik, bermaksiat, berbuat dosa kepada Sang Khaliq, seperti yang telah anda kisahkan diatas, maka dalam hal ini semua ulama sepakat membolehkan untuk tidak mentaatinya, namun kita tetap berbuat ma’ruf (baik), menyayangi dan menghormati keduanya.

Hal ini telah diterangkan dalam Al Quran, bahwa Allah Subhanahuwata’ala telah berfirman:

وإن جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحبهما في الدنيا معروفا واتبع سبيل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون

”dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada KU. Kemudian hanya kepada KU tempat kembalimu, maka akan AKU beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS: Luqman 15)

Dalam sebuah hadits juga telah diterangkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Tidak ada ketaatan antar sesama makhluk dalam bermaksiat dihadapan Sang Khaliq”(HR Bukhari dan Muslim)


Jadi yang perlu anda perbuat saat ini dan seterusnya nanti adalah bersikap bijak dalam menangani masalah tersebut, berilah pemahaman kepada kedua orang tua anda bahwa perbuatan yang mereka lakukan tersebut merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah, dan memang sudah jelas sekali bahwa perbuatan tersebut menjurus kepada kesyirikan, sebab telah menggantungkan dan menyandarkan sesuatu kepada selain Allah Subhanahuwata’ala. Dan memang perbuatan tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad ataupun para shahabat.

Anda harus bisa memberikan pemahaman dengan cara yang baik, dengan tutur kata yang baik dan dalam situasi dan kondisi yang baik pula. Katakanlah bahwa anda sangat menyanyangi mereka dan karena rasa sayang tersebutlah anda ingin dan berusaha agar kedua orang tua anda segera bisa bertaubat dan menempuh jalan yang baik dan diridhoiNYA. Mulailah memberi contoh kepada kedua orang tua anda dengan hal-hal yang Allah sukai, ajaklah mereka shalat, belajar mengaji, dst.

Tentu dalam menasihati kedua orang tua, sangat berbeda dengan cara menasihati anak atau saudara anda. Nasihatilah dan posisikan diri anda sebagai anak, dan jangan sekali-kali anda seakan-akan mengajari keduanya. Sebab sebagai orang tua mereka tetaplah lebih tua dari kita dan kadang mereka tidak senang jika merasa digurui atau diajari oleh orang yang lebih muda, terlebih anak mereka sendiri.

Selain itu, tetaplah berbuat baik kepada keduanya sembari memohon kepada Allah subhanahuwata’ala semoga berkenan untuk membukakan pintu hidayah menuju jalan yang Dia Ridhoi, tambahlah shalat dan shadaqah anda agar diri anda, suami anda dan kedua orang tua anda terjaga dari dahsyatnya api neraka.

Kita memang tidak bisa membukakan pintu hidayah kepada orang-orang yang kita cintai, namun kita tetap berusaha dan terus berusaha dan jangan sampai putus asa. Tetaplah istiqamah dijalan yang telah Allah ridhai dan jangan sampai kita terjerumus kedalam kesyirikan.
Na’udzubillah min dzalik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dijawab oleh: Ust Abu Syauqi Al Mujaddid (Dewan Pembina Solusi Islam dan Islamisasi)
Artikel: www.solusiislam.com

Post a Comment Disqus Blogger

  1. Assalamualaikum Ustad,

    Saya ingin sedikit curhat masalah keluarga yang saya alami beberapa bulan belakangan ini,
    awal cerita saya duda 1 anak dan pada bulan april tahun ini alhamdulillah saya mempersunting seorang wanita yang berstatus janda juga dengan 1 orang anak, sebelum kami menikah, setltelah kami berkomitmen untuk hubungan yang lebih serius, kami sudah mempunyai komitmen, bahwa tidak ada perbedaan antara anak nya atau anak saya, susah senang kami rawat bersama, dan komitmen kami ini pun berjalan sempurna pada awal pernikahan kami, tepat nya pada bulan juli kemarin, istri saya yang semula tetap jalan dengan komitmen kami pertama dulu, tiba - tiba berubah 180 derajat, yang tadi nya mau mengasuh dan mengayomi anak saya (kandung), tiba - tiba memusuhi anak saya, sagala sesuatu yang anak saya lakukan itu seperti salah di mata dia, bahkan urusan cuci kaki dan makan pun anak saya salah, saya akui, selam saya menduda anak saya di asuh oleh nenek nya (ibu saya), dan bagaiman seorang nenek pada cucnya saya kira tentu saja sayang nya lebih, saya coba perbaiki hubungan anak saya dan istri saya, saya pikir awal nya krna kami tinggal dengan ibu saya, jadi dia merasa segan untuk memarahi anak saya, ternyata bukan itu, sekali dua kali kami bertengkar masalah anak dan pola asuh nya, dan dan pada saat bertengakr itu lah dia mengatakan kalau dia tidak sanggup merawat anak saya, dan dia menyesal telah menikah dengan saya, awal dia mengatakan itu dengan menangis, dan puncak kekecewaan saya kemarin, kami bertengkar lagi dan kali ini dia meminta untuk pulang ke kampung halaman nya di sumatra, awal nya saya mengiayakan, krna waktu itu dia beralasan dia jenuh hanya berdiam diri di rumah, dan di tempat kami tinggal sekarang di bali, dia tidak kunjung mendapat panggilan pekerjaan, dengan alasan yang masuk akal menurut saya itu, saya mengiyakan, akan tetapi setelah saya mencoba berunding dengan kakak kandung dari istri saya, dia tidak menginjinkan, dengan alasan bahwa sudah menjadi kewajiban istri untuk ikut kemanapun suami nya pergi, dan stelah saya berkonsultasi dengan kakak kandung nya itu, dia menyarankan untuk menyakan hal ini kepada istri saya, “Kalau kamu balik ke kampung, bagaimana dengan kewajiban kamu sebagai istri”, dan saya pun mencoba bertanya seperti itu dengan istri saya, akan tetapi yang terjadi sungguh di luar dugaan saya, dia beeteriak -teriak, dan membenturkan kepala nya kelantai sampai benjol dan lebam, dan mengancam akan bunuh diri, jujur, menghadapi tngkah laku istri saya yang seperti ini batin saya tidak kuat, karena saya merasa bahwa dia yang selama ini saya kira memegang teguh agama, ternyata bertolak belakang dengan ap yang saya bayangkan,
    nah, kalo ustad sudi membantu saya, tolong berikan saya solusi untuk menghadapi masalah saya ini, karena saya bingung saya harus bagaimana lagi mengahadapi istri saya yang seperti itu,
    saya mohon bantuan ya ustad, saya tidak ingin bercerai dari istri saya, saya ingin istri saya bisa berdamai dengan anak saya, dan dia bisa berbakti dan menjadi istri yang sholehah seperti yang saya harapkan,
    atas perhatian ustad dan tim, saya ucapkan banyak terima kasih

    Wassalamualaikum,

    Andi

    ReplyDelete

Maklumat:

1. Terima kasih atas kunjungannya, semoga bisa memberi manfaat

2. Silahkan baca artikel dan beri komentar dengan bahasa dan tutur kata yang baik

3. Semoga slalu dalam karunia Allah SWT

 
Top