![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh82HuC_81nayuH-Syu0DMEAWjXcicaRA_kdE2ByKEii6hDJdWEBJUPnqdb5mkedav6c5qvqtaYHkkfcgrYGjWDO_CdofN-ocayw5pHuXW5Zc036eQsmg0j7gcKtcee4siRLeYt-V56wbAT/s1600/berhayal.jpg)
Pilih Suami atau Orang tua?
Global Pertanyaan:
Assalamu’alakum
Ustadz kedua orang tuaku menyuruhku untuk melakukan
perbuatan yang menjurus kepada kesyirikan, sedangkan suamiku melarangnya. Tetapi
saya bingung untuk memilih, antara ketaatan kepada orang tua atau kepatuhan
kepada suami?
Jawaban
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sebagai seorang anak tentu kita diwajibkan untuk
berbakti kepada orang tua, kapan dan dimanapun berada. Sebab ridho Allah itu
terletak pada ridho kedua orang tua. Maka tak heran jika dalam al Quran ataupun
Hadist kita menemukan banyak sekali anjuran untuk senantiasa berbuat baik dan
menghormati keduanya.
Disisi lain, ketaatan seorang istri kepada sang suami
juga merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan. Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam juga telah menerangkan bahwa ketaatan seorang istri terhadap suami
adalah salah satu jalan menuju ridho dan surga-NYA.
Lalu bagaimana seandainya diantara keduanya (antara
suami dan orang tua) sedang timbul masalah? Manakah yang harus kita dahulukan,
suami ataukah orang tua?
Dalam hal ini, tentu anda harus bersikap bijak dan
mengetahui pokok permasalahan yang sedang dihadapi. Jangan sampai anda lebih
memilih salah satu diantara keduanya sebelum mengetahui dan memahami manakah
diantara keduanya yang salah dan yang benar. Maka silahkan anda berpihak pada
KEBENARAN.
Jika anda menemukan kebenaran pada kedua orang tua
anda, maka anda berhak membantu keduanya dan memberi nasehat dengan cara yang
baik kepada suami anda. Begitu juga sebaliknya, jika anda mendapatkan kebenaran
tersebut berpihak pada suami anda, maka anda harus berani memberi nasihat
dengan cara yang baik dan halus kepada orang tua anda.
Bolehkan membantah perintah orang tua?
Seperti yang telah kami singgung diatas, bahwa kita
selaku anak tentu berkewajiban untuk selalu mentaati semua perintah dan
menghormati kedua orang tua, dengan syarat kedua orang tua tersebut mengajak
kepada kebaikan, menyeru untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dan
perbuatan-perbuatan mubah lainnya.
Akan tetapi jika ternyata mereka mengajak anda untuk
berbuat kufur, syirik, bermaksiat, berbuat dosa kepada Sang Khaliq, seperti
yang telah anda kisahkan diatas, maka dalam hal ini semua ulama sepakat
membolehkan untuk tidak mentaatinya, namun kita tetap berbuat ma’ruf (baik),
menyayangi dan menghormati keduanya.
Hal ini telah diterangkan dalam Al Quran, bahwa Allah
Subhanahuwata’ala telah berfirman:
وإن
جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحبهما في الدنيا معروفا
واتبع سبيل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون
”dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada KU. Kemudian hanya kepada KU
tempat kembalimu, maka akan AKU beritahukan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS: Luqman 15)
Dalam sebuah hadits juga telah diterangkan bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Tidak ada ketaatan antar sesama makhluk dalam
bermaksiat dihadapan Sang Khaliq”(HR Bukhari dan Muslim)
Jadi yang perlu anda perbuat saat ini dan seterusnya
nanti adalah bersikap bijak dalam menangani masalah tersebut, berilah pemahaman
kepada kedua orang tua anda bahwa perbuatan yang mereka lakukan tersebut
merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah, dan memang sudah jelas sekali
bahwa perbuatan tersebut menjurus kepada kesyirikan, sebab telah menggantungkan
dan menyandarkan sesuatu kepada selain Allah Subhanahuwata’ala. Dan memang
perbuatan tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad ataupun para
shahabat.
Anda harus bisa memberikan pemahaman dengan cara yang
baik, dengan tutur kata yang baik dan dalam situasi dan kondisi yang baik pula.
Katakanlah bahwa anda sangat menyanyangi mereka dan karena rasa sayang
tersebutlah anda ingin dan berusaha agar kedua orang tua anda segera bisa
bertaubat dan menempuh jalan yang baik dan diridhoiNYA. Mulailah memberi contoh
kepada kedua orang tua anda dengan hal-hal yang Allah sukai, ajaklah mereka
shalat, belajar mengaji, dst.
Tentu dalam menasihati kedua orang tua, sangat berbeda
dengan cara menasihati anak atau saudara anda. Nasihatilah dan posisikan diri
anda sebagai anak, dan jangan sekali-kali anda seakan-akan mengajari keduanya.
Sebab sebagai orang tua mereka tetaplah lebih tua dari kita dan kadang mereka
tidak senang jika merasa digurui atau diajari oleh orang yang lebih muda,
terlebih anak mereka sendiri.
Selain itu, tetaplah berbuat baik kepada keduanya
sembari memohon kepada Allah subhanahuwata’ala semoga berkenan untuk membukakan
pintu hidayah menuju jalan yang Dia Ridhoi, tambahlah shalat dan shadaqah anda
agar diri anda, suami anda dan kedua orang tua anda terjaga dari dahsyatnya api
neraka.
Kita memang tidak bisa membukakan pintu hidayah kepada
orang-orang yang kita cintai, namun kita tetap berusaha dan terus berusaha dan
jangan sampai putus asa. Tetaplah istiqamah dijalan yang telah Allah ridhai dan
jangan sampai kita terjerumus kedalam kesyirikan.
Na’udzubillah min dzalik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dijawab oleh: Ust Abu Syauqi Al Mujaddid (Dewan
Pembina Solusi Islam dan Islamisasi)
Artikel: www.solusiislam.com
Assalamualaikum Ustad,
ReplyDeleteSaya ingin sedikit curhat masalah keluarga yang saya alami beberapa bulan belakangan ini,
awal cerita saya duda 1 anak dan pada bulan april tahun ini alhamdulillah saya mempersunting seorang wanita yang berstatus janda juga dengan 1 orang anak, sebelum kami menikah, setltelah kami berkomitmen untuk hubungan yang lebih serius, kami sudah mempunyai komitmen, bahwa tidak ada perbedaan antara anak nya atau anak saya, susah senang kami rawat bersama, dan komitmen kami ini pun berjalan sempurna pada awal pernikahan kami, tepat nya pada bulan juli kemarin, istri saya yang semula tetap jalan dengan komitmen kami pertama dulu, tiba - tiba berubah 180 derajat, yang tadi nya mau mengasuh dan mengayomi anak saya (kandung), tiba - tiba memusuhi anak saya, sagala sesuatu yang anak saya lakukan itu seperti salah di mata dia, bahkan urusan cuci kaki dan makan pun anak saya salah, saya akui, selam saya menduda anak saya di asuh oleh nenek nya (ibu saya), dan bagaiman seorang nenek pada cucnya saya kira tentu saja sayang nya lebih, saya coba perbaiki hubungan anak saya dan istri saya, saya pikir awal nya krna kami tinggal dengan ibu saya, jadi dia merasa segan untuk memarahi anak saya, ternyata bukan itu, sekali dua kali kami bertengkar masalah anak dan pola asuh nya, dan dan pada saat bertengakr itu lah dia mengatakan kalau dia tidak sanggup merawat anak saya, dan dia menyesal telah menikah dengan saya, awal dia mengatakan itu dengan menangis, dan puncak kekecewaan saya kemarin, kami bertengkar lagi dan kali ini dia meminta untuk pulang ke kampung halaman nya di sumatra, awal nya saya mengiayakan, krna waktu itu dia beralasan dia jenuh hanya berdiam diri di rumah, dan di tempat kami tinggal sekarang di bali, dia tidak kunjung mendapat panggilan pekerjaan, dengan alasan yang masuk akal menurut saya itu, saya mengiyakan, akan tetapi setelah saya mencoba berunding dengan kakak kandung dari istri saya, dia tidak menginjinkan, dengan alasan bahwa sudah menjadi kewajiban istri untuk ikut kemanapun suami nya pergi, dan stelah saya berkonsultasi dengan kakak kandung nya itu, dia menyarankan untuk menyakan hal ini kepada istri saya, “Kalau kamu balik ke kampung, bagaimana dengan kewajiban kamu sebagai istri”, dan saya pun mencoba bertanya seperti itu dengan istri saya, akan tetapi yang terjadi sungguh di luar dugaan saya, dia beeteriak -teriak, dan membenturkan kepala nya kelantai sampai benjol dan lebam, dan mengancam akan bunuh diri, jujur, menghadapi tngkah laku istri saya yang seperti ini batin saya tidak kuat, karena saya merasa bahwa dia yang selama ini saya kira memegang teguh agama, ternyata bertolak belakang dengan ap yang saya bayangkan,
nah, kalo ustad sudi membantu saya, tolong berikan saya solusi untuk menghadapi masalah saya ini, karena saya bingung saya harus bagaimana lagi mengahadapi istri saya yang seperti itu,
saya mohon bantuan ya ustad, saya tidak ingin bercerai dari istri saya, saya ingin istri saya bisa berdamai dengan anak saya, dan dia bisa berbakti dan menjadi istri yang sholehah seperti yang saya harapkan,
atas perhatian ustad dan tim, saya ucapkan banyak terima kasih
Wassalamualaikum,
Andi