Umat Islam di Tengah Kepungan Media

Data terbaru yang dikeluarkan PBB pada tahun 2011 menunjukkan bahwa dari sekitar 8 milyar penduduk dunia, 1,6 milyar di antaranya adalah muslim. Dengan kata lain, kalau kita rerata, hampir seperempat manusia di muka bumi ini beragama Islam. Sumber Daya Manusia (SDM) yang membludak tersebut didukung oleh Sumber Daya Alam (SDA) yang juga melimpah. Kita mengetahui bahwa berbagai kekayaan alam dunia sebagian besar berada di lingkaran kekuasaan negara-negara kaum muslimin. Bukan hanya migas dan tambang, tetapi juga berbagai bentuk kekayaan alam lain. Entah itu hutan hujan tropis, plasma nuthfah, kekayaan maritim, dan sebagainya.


Fakta di atas menyiratkan sebuah kebanggaan sekaligus ironi. Mengapa? Karena keunggulan sumber daya tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan kondisi umat Islam yang kian merosot. Berbagai bentuk keterbelakangan ada di dalam lingkungan kaum muslimin. Kemiskinan, pembantaian etnis, dan segala bentuk kemerosotan identik dengan Islam. Banyak analisis dan sintesis yang didapatkan. Ada yang menganggap bahwa fenomena ini terjadi karena ketiadaan supremasi hukum atau pemerintahana global yang menaungi seluruh kaum muslimin di muka bumi. Ada juga yang bilang kaum muslimin tidak mau bergerak untuk bangkit. Namun, ada satu aspek yang terlupakan, yaitu pola komunikasi dan informasi internal umat yang kurang baik.

Berbicara masalah Kominfo (Komunikasi dan Informasi) tak terlepas dari peran media. Dan memang kondisi yang ada saat ini menunjukkan bahwa umat Islam lemah di bidang ini. Padahal dunia dewasa ini sangat bergantung pada media. Jika dahulu kala orang yang berkuasa adalah orang yang mempunyai banyak materi, maka pada era modern saat ini orang yang menguasai media ialah yang akan menang dan berkuasa. Dalam perspektif dakwah, ada unsur nasyrul fikrah (penyebarluasan pemikiran) yang akan efektif jika teroptimalkan dengan keberadaan media yang masif. Misalnya, pada kasus social media Twitter. Apakah kita memperhatikan berapa orang di dunia ini yang menjadi pengikut (follower) Ratu Monster Lady Gaga? Penyanyi yang sempat “diusir” dari tanah air ini mempunyai pengikut di dunia maya sebesar 27.507.885 (pada tanggal 25 Juli 2012). Jadi, jika Lady Gaga men-tweet sesuatu ucapan yang hampir dipastikan kontra dengan akidah Islam, maka sebanyak orang itulah yang akan terasuki pemikirannya.

Pada sisi lain di saat yang sama, Ketua Majelis Ulama Internasional (Dr. Syeikh Qaradhawi) di Twitter hanya memiliki follower sebanyak 163.645. Sedangkan, penulis buku Laa Tahzan, Dr. Aidh Al Qarni hanya berpengikut Twitter sejumlah 1.466.255. Jumlah follower kedua ulama tenar sejagat ini saja tak mampu mengungguli Lady Gaga. Kesimpulannya ialah kita telah kalah dalam hal pengalihan serta penyebarluasan pemikiran di kalangan umat. Sederhananya, jika Lady Gaga mau membuat sebuah agama, maka dia layak disebut sukses dengan puluhan juta “umat”-nya. Hal ini diperburuk dengan kondisi umat Islam yang kurang kritis atas berbagai informasi yang diterima.

Menteri Komunikasi dan Informasi RI, bapak Ir. Tifatul Sembiring mengatakan bahwa perlu adanya upaya jihad umat Islam di kalangan media. Jangan sampai kita menjadi generasi yang alergi terhadap perkembangan zaman. Jika zaman berubah, maka pola dan metode dakwah harus sesuai dengan perubahan yang terjadi. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang mensyaratkan sebuah perubahan untuk sebuah kebangkitan. Bukankah dahulu dakwah Rasulullah dijalankan dengan cara-cara yang kreatif, aktif, dan menghegemoni? Dan bahwa sesungguhnya dakwah ini bersifat ‘alamiyah (internasional), bukan mahalliyah (lokal) sehingga pemikiran pun tidak sempit. Jika kita menginginkan kebangkita umat yang mengglobal, maka pastikan kita mampu memainkan media yang juga mengglobal, tak ada batas,  dan tak terbendung. Semoga.
Oleh: Yasir Arafat
 
Top