Saking cintanya dengan ulama', banyak kita temui
orang Indonesia yang memberi nama anaknya dengan mengikuti nama ulama' yang
terkenal, tak peduli apa artinya. Nama Kartubi, Baihaqi, Sayuti, Tarmuji,
Basri, Jaelani mungkin bukan nama yang asing di telinga kita.
Tapi, jika ditelusur buku biografi ulama, ternyata
ada beberapa nama terkenal ulama yang diambil dari
kota tempat tinggalnya. Biasanya dengan menambahkan ya'
nisbat diakhir nama kota. Misalnya,
jika berasal dari daerah Jawa maka disebut dengan al-Jawiy, jika dinisbatkan kepada daerah Palembang maka menjadi al-Falimbaniy.
Nama asli ulama itu biasanya sangat sederhana,
paling-paling cuma Muhammad, Abdullah, Abdurrahman, atau Ali saja. Maka tak
heran, justru nama gelarnya lah yang lebih terkenal.
Beberapa waktu lalu, tetangga saya bernama Simbah Kartubi
wafat di usianya yang ke-80-an. Meski namanya Kartubi, nisbat kepada Daerah
Cordova Spanyol kini, tetapi beliau asli Jawa tulen.
Beberapa ulama yang terkenal denga nama daerahnya
diantaranya:
Baihaqi
Nisbat kepada daerah bernama Baihaq. Sekarang
daerah ini namanya Sabzevar Khurasan, sebelah timur laut Iran. Baihaq asli dari
Bahasa Persia yang artinya sesuatu yang bagus[1]. Ulama yang terkenal dari
daerah ini adalah Imam Baihaqi Ahmad bin Husain bin Ali Abu Bakar (w. 458 H),
seorang ulama ahli hadits Madzhab Syafi’i. Beliau wafat dan dimakamkan di
daerah Baihaq. Karyanya: as-Sunan al-Kubra, as-Sunan as-Sughra, al-Asma’ wa
as-Sifat, Dalail an-Nubuwwat, Manaqib al-Imam as-Syafi’i, Fadhail as-Shahabat
dan lainnya.
Baidhowi
Nisbat kepada daerah Baidha’ di Persia atau Iran
saat ini, dekat dengan daerah Syiraz. Ulama yang terkenal dari sini adalah
seorang ahli tafsir; Nashiruddin Abu Said Abdullah al-Baidhawi as-Syafi’i
al-Asy’ari(w. 685 H)[2]. Karangannya diantaranya: Tafsir Baidhawi atau Anwar
at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Thawali’ al-Anwar dan lain
sebagainya. Selain Baidha’ daerah Persia, banyak juga daerah lain dengan nama
Baidha’, tapi yang paling terkenal adalah Baidha’ daerah Imam Baidhawi itu.
Bajuri
Nisbat kepada kota Bajur Provinsi Manuvia Mesir.
Ulama yang terkenal dari Bajur ini adalah Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad
as-Syafi’i al-Bajuri (w. 1277 H). Beliau pernah menjadi Syeikh al-Azhar tahun
1263 H. Diantara karyanya: Tuhfat al-Murid, Hasyiah Matan as-Sanusiyyah Ummu
al-Barahin, Minah al-Fattah, Hasyiah al-Bajuri.
Basri
Nama Indonesia yang dipakai biasanya Basri, Busri,
Bisri. Tentu sudah sangat familiar kata-kata Bashrah. Bashri adalah nisbat
kepada Kota Bashrah di Irak saat ini. Ulama yang sangat terkenal dengan nisbat
bashri tentu Hasan al-Bashri; seorang Tabiin yang lahir tahun 21 H dan wafat
tahun 110 H. Beliau terkenal dengan perkataan-perkataan hikmahnya yang dalam maknanya.
Bukhari
Nisbat kepada daerah Bukhoro atau sekarang
Provinsi Buxoro Uzbekistan, Negara di kawasan Asia Tengah dan pernah dibawah
kekuasaan Uni Soviet. Daerah Bukhara dan sekitarnya dahulu sering disebut
dengan negara “ma wara’a an-nahr”.
Sudah sangat terkenal ulama yang berasal dari
daerah ini, dialah Imam Bukhari (w. 256 H); penulis kitab Shahih Bukhari.
Bustomi
Nisbat kepara Daerah Bistham, dengan kasrah
ba’nya[3]. Maka yang lebih pas mungkin Bisthami. Bistham adalah kota yang terletak
di Provinsi Semnan Iran.
Ulama yang terkenal muncul dari daerah sini adalah
Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Bisthami (w. 261 H), seorang sufi yang bergelar Shultan
al-Arifin.
Dainuri
Mungkin banyak yang membaca dengan Dainuri, karena
biasanya tulisan di kitab tidak ada harakatnya [الدينوري]. Tetapi yang lebih tepat adalah Dinawari. Nama ini nisbat
kepada Daerah Dinavar, Provinsi Kermanshah Iran saat ini.
Ulama yang terkenal muncu dari sini adalah Ibnu
Quthaibah Abu Muhammad Abdullah ad-Dinawari (w. 276 H), beliau menjadi Qadhi di
Daerah Dinawar, maka dari situlah nama beliau dinisbatkan.Karyanya: Ta’wil
Musykil al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Dalalat an-Nubuwwah
dan lainnya.
Damanhuri
Nisbat kepada Daerah Damanhur Provinsi Buhaira
arah utara Mesir. Diantara ulama yang terkenal yang berasal dari daerah ini
adalah seorang Syeikh al-Azhar (1182- 1190 H/ 1767-1776 M); Ahmad Abdul Mun’im
bin Shiyam ad-Damanhuri (w. 1192 H).
Dimyati
Nama ini dinisbatkan kepada Kota Dimyath atau
Damietta, sebuah kota di Negara Mesir. Banyak sekali ulama yang terkenal yang
menggunakan nisbat Dimyathi ini, diantaranya: Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Abdul Ghani ad-Dimyathi (w. 1117 H); seorang ahli Qiraat. Kitabnya: Ithaf
Fudhala’ al-Basyar bil Qiraat al-Arba’ata Asyara, Hasyiah ala Syarhi al-Mahalli
ala al-Waraqat[4]. Ulama lainnya adalah Abdul Mu’min bin Khalaf
ad-Dimyathi Syarafuddin (w. 705 H); seorang hafidz hadits Madzhab Syafi’i.
Beliau ini termasuk guru dari Imam ad-Dzahabi (w. 748 H)[5].
Jaelani
Nisbat kepada suatu wilayah bernama Jaelan atau
Jilan, sekitar 40 km selatan Baghdad Irak saat ini. Kadang-kadang nisbatnya
dengan al-Jilani, kadang dengan al-Jaili, kadang dengan al-Kailani[6].
Meskipun ada yang menyebutkan Jilan ini di Daerah Iran, tetapi yang lebih tepat
oleh pada ahli sejarawan adalah di daerah Irak.
Disinilah ulama sufi terkenal dari Madzhab Hanbali
dinisbatkan namanya; Syeikh Abdul Qadir al-Jilani (w. 561 H). Ulama yang
bergelar Tajul Arifin dan pencetus thariqah Qadiriyyah.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H) menuliskan
biografi Syeikh Abdul Qadir dalam kitabnya Dzail Thabaqat al-Hanabilah. Nama
lengkap beliau adalah Syeikh Abdul Qadir bin Abu Shalih bin Abdullah bin
Jankidausat; soerang yang zahid, Syeikh pada zamannya, panutan para arif,
sulthan para syeikh, pemimpin para ahli thariqah pada zamannya, dan banyak
memiliki karamah[7]. Kitab karya beliau adalah: al-Ghunyah, Futuh
al-Ghaib, al-Fathu ar-Rabbani, dan masih banyak yang lain.
Kartubi
Nama inilah yang biasa kita dengar disekitar kita.
Sebenarnya ini nisbat kepada kota Cordoba atau Cordova Andalusia, daerah
selatan Spanyol.
Sangat banyak ulama yang berasal dari daerah ini.
Sebut saja pengarang Tafsir Qurthubi; Syeikh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad
Syamsuddin al-Qurthubi (w. 671 H), tafsirnya bernama al-Jami’
li Ahkam al-Qur’an. Ulama lain adalah Syeikh Ibnu Abdi al-Barr
al-Qurthubi al-Maliki (w. 463 H), karangan beliau diantaranya: al-Isti’ab,
at-Tamhid, al-Istidzkar dan lainnya. Tak kalah terkenal adalah Ibnu
Rusyd al-Qurthubi al-Maliky (w. 595 H). Karangannya: Bidayat
al-Mujtahid, Fashlu al-Maqal, Tahafut at-Tahafut, al-Kulliyyat fi at-Thibb
dan lainnya.
Nawawi
Nisbat kepada suatu desa bernama Nawa, daerah
Hauran, sebelah selatan Negara Suriah saat ini. Ulama yang terkenal dari Desa
Nawa ini tak lain adalah Syeikh Nawawi Muhyiddin Yahya bin Syaraf Abu Zakariyya
(w. 676 H)[8]. Tentu karyanya sudah tidak asing lagi di Indonesia, diantaranya:
Hadits al-Arbaun an-Nawawiyyah, al-Adzkar, Syarah Shahih Muslim, al-Minhaj,
al-Majmu’, ar-Raudhah, at-Taqrib wa at-Taisir fi Muhstalah al-Hadits, at-Tibyan,
dan lainnya.
Romli
Nisbat kepada kota Ramlah Provinsi Monofeya,
Sebelah utara Kota Kairo Negara Mesir. Ada juga kota Ramlah di Palestina saat
ini, sayangnya sekarang kota itu dikuasai oleh Israel. Ulama yang terkenal
dengan nisbat kepada Ramlah Mesir adalah Syihabuddin ar-Ramli as-Syafi’i (w.
957 H). Karyanya diantaranya: Fathu al-Jawwad, Fatawa ar-Ramli. Nama
beliau terkenal di Indonesia karena nama beliau menghiasai kitab-kitab Madzhab
Syafi’i yang dikaji oleh kebanyakan pesantren di Indonesia.
Sarbini
Nisbat kepada Daerah Syarbin Provinsi Dakahliya
Mesir. Di Indonesia, nama Sarbini cukup terkenal, diantara dipakai untuk nama
Balai Sarbini Jakarta. Nama ini terkenal karena memang ada ulama Madzhab
Syafi’iyyah yang bernisbat kepada Syarbin, beliau adalah al-Khatib as-Syarbini
Muhammad bin Ahmad Syamsuddin (w. 977 H). Kitab beliau diantaranya: al-Iqna’
fi Halli Alfadzi Abi Syuja’, as-Siraj al-Munir, Mughni al-Muhtaj.
Sayuti
Nisbat kepada daerah Asyut atau Assiut Mesir.
Siapakah yang tak kenal Imam Suyuthi (w. 911 H); seorang ulama Madzhab Syafi’i
yang karyanya telah banyak dikenal, diantaranya: al-Jami’ al-Kabir,
al-Jami’ as-Shaghir, al-Itqan, ad-Durr al-Mantsur, Tanwir al-Hawalik, al-Asybah
wa an-Nadzair, Ham’u al-Hawami’. Maka tak heran banyak orang
Indonesia yang memakai nama Suyuti atau Sayuti.
Sa’roni
Nisbat kepada Desa Saqiyah Abu Sya’rah. Dari kata
“Sya’rah” inilah nisbat menjadi Sya’rani atau Sya’rawi. Desa Saqiyah Abu
Sya’rah termasuk desa di Provinsi Monofeya, Sebelah utara Kota Kairo Negara
Mesir.
Ulama yang terkenal berasal dari daerah ini adalah
Abdul Wahab as-Sya’rani as-Syafi’i as-Shufi (w. 973 H). Diantara karyanya: al-Ajwibah
al-Mardhiyyah an Aimmat al-Fuqaha’ as-Shufiyyah, al-Badr al-Munir, at-Thabaqat
al-Kubra, al-Kibrit al-Ahmar, Lathaif al-Minan, al-Minah as-Saniyyah,
al-Yawaqit wa al-jawahir[9].
Saerozi
Nisbat kepada Kota Syiraz daerah Iran saat
ini[10]. Orang Indonesia biasnya menyebut dengan Sairozi. Ulama yang terkenal
berasal dari Syairaz cukup banyak, diantaranya:
Abu Ishaq as-Syairazi (w. 476 H); seorang pakar
ushul fiqih dari Madzhab Syafi’i, beliau mempunyai banyak kitab, diantaranya: at-Tabshirah
dan al-Luma’ fi Ushul al-Fiqih, at-Tanbih fi al-Furu’, al-Madzhab fi
al-Madzhab, thabaqat al-Fuqaha’ dan lainnya.[11]
Thobari
Nisbat kepada kota Thabaristan Tambahan kata –istan
maknanya adalah tempat atau wilayah. Nama lain dari kota ini adalah
Tapuria. Ia berada di sebelah utara Negara Iran saat ini. Diantara ulama yang
terkenal dari daerah ini adalah seorang mufassir Abu Ja’far at-Thabari (w. 310
H). Karangan beliau diantaranya: Tafsir Jami’ al-Bayan atau Tafsir Thabari, Tarikh
al-Umam wa al-Muluk, Tahdzib al-Atsar.
Tirmidzi
Nisbat kepada daerah Tirmidz, sebelah timur Negara
Uzbekistan. Kadang orang Indonesia menyebut dengan Turmudzi atau Tirimidzi atau
Tarmuji atau Tarmizi.
Ulama yang terkenal adalah Imam Abu Isa
at-Tirmidzi (w. 279 H), penulis kitab al-Jami’ as-Shahih Sunan at-Tirmidzi.
Beliau termasuk murid dari Imam Bukhari (w. 256 H)
Tentu masih banyak lagi ulama lain yang belum
disebutkan disini. Ini hanya beberapa contoh saja. Alhamdulillah yang ditiru
namanya adalah ulama, bukan artis Korea atau Hollywood.
Ditulis oleh: Ustadz Hanif Luthfi. LC
Footnote:
[1] Yaqut bin Abdullah al-Hamawi (w. 626 H), Mu’jam
al-Buldan, (Bairut: Daar as-Shadir, 1995 M), hal. 1/ 537
[2] Haji Khalifah Mushtafa bin Abdullah (w. 1067
H), Kasyfu ad-Dzunun, (Bairut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1941
H), hal. 1/ 186
[3] Yaqut bin Abdullah al-Hamawi (w. 626 H), Mu’jam
al-Buldan, (Bairut: Daar as-Shadir, 1995 M), hal. 1/ 421
[4] Khoiruddin bin Mahmud az-Zirikly ad-Dimasyqi
(w. 1396 H), al-A’lam, Daar al-Ilmi, 2002 M), hal.
1/ 240
[5] Syamsuddin ad-Dzahabi Abu Abdillah (w. 748 H),
Tadzkirat al-Huffadz, (Bairut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1419 H), hal. 4/ 179
[6] Yaqut bin Abdullah al-Hamawi (w. 626 H), Mu’jam
al-Buldan, hal. 2/ 201
[7] Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H), Dzail
Thabaqat al-Hanabilah, (Riyadh: Maktabah al-Ubaikan, 1425 H), hal.
2/ 187
[8] Tajuddin as-Subki (w. 771 H), Thabaqat
as-Syafi’iyyah al-Kubra, (Mathbaah Hajr, 1413 H), hal. 8/ 395
[9] Khoiruddin bin Mahmud az-Zirikly ad-Dimasyqi
(w. 1396 H), al-A’lam, hal. 4/ 180
[10] Yaqut bin Abdullah al-Hamawi (w. 626 H), Mu’jam
al-Buldan, (Bairut: Daar as-Shadir, 1995 M), hal. 3/ 380
[11] Ismail bin Muhammad Amin al-Baghdadi (w. 1399
H), Hadiyat al-Arifin, (Bairut: Daar Ihya at-Turats al-Arabi,
1951 M), hal. 1/ 8