Katanya
Syetan Dibelenggu, Kok Masiat Jalan Terus?
BULAN Ramadhan adalah bulan di mana pintu-pintu surga
terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta Syetan-syetan diikat. Dengan
demikian, Allah Subhanahu Wata’ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya
untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan
Ramadhan.
DI
bulan ini, Syetan pun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan
manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu
surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan Syetan-Syetan pun dibelenggu.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Maka pada bulan ini kita digalakkan untuk
memperbanyak ibadah.
Tapi
mengapa justru kadang di bulan Ramadhan kemaksiatan masih sulita dikekang dan
dikendalilan?
Jika
perbuatan maksiat masih terjadi pada bulan ini, maka penyebabnya ada 6:
Pertama, para pelaku maksiat pada bulan ini adalah murid
dan kader Syetan. Mereka telah dilatih untuk berbuat maksiat sehingga menjadi
kebiasaan. Mereka ini adalah alumni madrasah Syetan yang selama ini ditraining
untuk berbuat maksiat oleh “guru atau ustaz” mereka (Syetan).
Kedua, puasa yang dilakukan oleh pelaku maksiat itu
tidak benar (tidak sesuai dengan tuntunan Rasul Shallallahu ‘alaihi Wassalam)
sehingga tidak diterima. Bila ia berpuasa dengan benar, maka puasanya itu pasti
mencegahnya dari maksiat.
Ketiga, nafsunya telah menguasai dan menyandera dirinya.
Puasa sesungguhnya tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lain
yang dapat membatalkan puasa, namun juga menahan diri dari nafsu dan maksiat
baik berupa ucapan maupun perbuatan yang diharamkan. Akibatnya puasanya tidak
bernilai nilai apa-apa dan tidak memberikan dampak positif dalam tingkah
lakunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masih ada
orang-orang yang “istiqamah” berbuat maksiat.
Keempat, Ramadhan bulan maghfirah (pengampunan dosa).
Allah Swt menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita
menjauhi dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan
Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu
selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).
Melalui
berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Subhanahu Wata’ala
menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam: ”Barangsiapa yang
berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah
Subhanahu Wata’ala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu
pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajuj) pada bulan
Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wassalam: ”Barangsiapa yang
berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kelima, Ramadhan bulan itqun minan nar (pembebasan dari
Api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang
dikehendaki dari api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api
neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu
Khuzaimah).
Keenam, pada bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadar yang
nilai kebaikan padanya lebih baik dari seribu bulan. Allah berfirman: “Dan Tahukah kamu lailatul Qadar itu? Lailatul
Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3).
Rasul
Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: “Pada bulan Ramadhan
ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi
kebaikannya padanya, maka rugilah dia.” (HR. Ahmad,An-Nasa’i &
Baihaqi).
Maka
kita sangat digalakkan untuk mencari lailatul qadar ini dengan i’tikaf,
khususnya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengikuti perbuatan Rasul
Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Aisyah r.a berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan),
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan
keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam
riwayat lain: “Nabi Shallallahu
‘alaihi Wassalam sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.”
(HR.Muslim)
Mengingat
berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila
Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha
maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal
shalih. Celakanya, bila hari-hari Ramadhan yang seharusnya diisi dengan
memperbanyak ibadah diganti dengan ajang maksiat, na’uzubillahi min zaalik..!
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam telah memberi peringatan dengan
sabdanya: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata:
”Wahai Muhammad, Siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan ini
habis dan tidak mendapat ampunan, maka ia masuk Neraka. Semoga Allah
menjauhkannya. Katakan Amin! Aku pun mengatakan Amin!” (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).
Dalam
riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Celakalah bagi orang yang masuk pada bulan
Ramadhan, kemudian Ramadhan berlalu sebelum ia diampuni.” (HR.
At-Tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi). Semoga kita dapat meraih
berbagai keutamaan yang disediakan pada bulan Ramadhan.(hidayatullahcom)
Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA
Penulis adalah Ketua
Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Prov. Aceh