Masa dimana umat Islam sudah bisa melakukan penyebaran dakwah secara opensif adalah bagian dari periodeisasi dakwah. Setelah sebelumnya umat Islam berada pada periode yang lemah, bahkan teramat lemah di masa awalnya, sampai-sampai untuk sekedar menunjukkan identitas sebagai muslim pun tidak mungkin.

Masa sulit ini pernah dialami Rasulullah SAW dan para shahabatnya terutama tiga tahun pertama di Mekkah dalam periode dakwah sirriyah. Tidak ada seorang pun yang diajak masuk Islam kecuali Rasulullah SAW yakin bahwa dia pasti menerima Islam. Kalau ada kemungkinan menerima dan kemungkinan tidak menerima, maka tidak diperioritaskan. Masa sulit berikutnya adalah masa penindasan oleh kafir quraisy secara semena-mena namun tidak boleh melakukan perlawanan. Jadi mereka harus mengalami masa dimana setiap hari mereka dicerca, dimaki, disiksa dan dianiaya, tapi sama sekali tidak boleh membalas apalagi menyerang. Masa berikutnya adalah ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Masa dilalui dengan pola mengajak objek dakwah dengan bentuk himbauan. Kepada para penduduk arab dan para penguasa sekitarnya, Rasulullah SAW menawarkan Islam baik-baik dan sama sekali tidak ada ancaman atau sekedar ultimatum. Kalau diterima ya Alhamdulillah dan kalau tidak ya bersabar saja.

Barulah setelah konsolidasi internal di Madinah sudah sedemikian solid serta angkatan perang pun sudah memadai, para raja yang sejak awal sudah diajak masuk Islam tapi tidak menampakkan persahabatan bahwa terkesan menantang dan memusuhi, mulai diberi ultimatum. Bentuknya adalah diminta untuk memilih satu dari tiga pilihan.

Pertama, masuk Islam. Bila raja mau masuk Islam yang sudah sejak awal para raja sudah mendengar beritanya dan juga nota bene banyak diantara rakyatnya yang sudah masuk Islam, maka raja itu akan tetap menjadi raja dan berkuasa di negerinya secara mutlak. Bahkan Rasulullah SAW menjanjikan kepada para raja itu akan mendapatkan dua pahala sekaligus. Pahala masuk Islam pada dirinya dan pahala masuk Islam rakyatnya.

Kedua, kalau raja menolak masuk Islam, tidak akan dipaksakan. Tapi raja harus menjamin keberlangsungan dakwah Islam di negerinya dan juga harus menyatakan bekerjasama dengan daulah Islamiyah. Karena Daulah Islamiyah lebih besar dan lebih kuat, maka raja diminta memberikan jizyah (pajak) kepada daulah Islamiyah. Pajak ini bukan berbentuk pungutan apalagi upeti. Tapi pajak ini adalah bayaran atas keamanan yang diberikan daulah Islam serta biaya pembelaan apabila kerajaan itu diperangi kerajaan lain. Selain itu merupakan jaminan atas kerukunan dan kesetiaan dari mereka untuk hidup berdampingan dengan daulah Islam yang besar. Karena pada dasarnya keberlangsungan kerajaan itu ada di bawah tanggung jawab daulah Islam.

Ketiga, bila alternatif pertama dan kedua pun ditolak, maka artinya raja itu tidak mau bekerjasama dan tidak menunjukkan itikad baik untuk hidup berdampingan dengan daulah Islam. Maka dalam konteks itu, alternatif ketiga menjadi pilihan, yaitu perang.

Perlu dicatat bahwa peperangan pada masa penyebaran Islam dilakukan sebagai alternatif terakhir setelah sebelumnya dilakukan berbagai aktifitas di dakwah negeri tersebut. Banyak raja dan penguasa yang tidak atau belum rela masuk Islam, tapi mereka menyatakan siap hidup berdampingan dengan muslimin dan siap membayar jizyah. Kepada raja dan penguasa yang seperti ini, umat Islam tidak pernah menyerang atau menyerbu.

Tapi ada juga beberapa raja yang pongah, angkuh dan selalu mencari kesempatan untuk menelikung dari belakang. Persia dan Romawi adalah contoh mereka yang sama sekali tidak menunjukkan itikad baik, bahkan sudah terbukti selalu berada di belakang semua keonaran dan kerusakan internal di tengah umat Islam. Kisra penguasa Persia bahkan merobek-robek surat ajakan dakwah dari Rasulullah SAW. Saat mendengar suratnya dirobek, beliau hanya berkata bahwa suatu hari nanti negeri mereka akan dirobek-robek. Tentara kerajaan itu pun sering memancing-mancing peperangan, menggangu penduduknya yang sudah masuk Islam bahkan main ancam segala. Raja-raja pongah seperti inilah yang akan mendapat 3 ultimatum sebagaimana disebutkan di atas. Ultimatum itu bukan sekedar geretak sambal tapi memang sudah diperhitungkan perimbangan kekuatan masing-masing. Kalau raja mengambil alternatif yang ketiga yaitu perang, maka daulah Islam harus siap meladeni. Contoh sederhananya seperti kondisi sekarang ini. AS menjadi adi daya yang suka berlaku sewenang-wenang dan menjadi koboy yang doyan main tembak. Ini semua adalah kelaliman sekaligus angkara murka yang dijalankan atas nama sebuah negara. Hal yang sama dilakukan oleh para penguasa dunia di masa Rasulullah SAW hidup.

Karena itu bisa kita bayangkan betapa Rasulullah SAW dan para shahabatnya itu benar-benar bernyali besar, karena bisa mengultimatum negara adidaya dan siap meladeni perang sampai kebenaran itu bisa tegak. Dan sejarah memang telah mencatat dalam tinta emas bahwa dua peradaban besar dunia itu (Romawi dan Persia) tumbang berhadapan dengan kekuatan pasukan Islam. Jadi bila kita simpulkan, peperangan (baca: penyebaran) Islam ke berbagai wilayah dunia tidak lain adalah dalam rangka meladeni para penjahat yang menjadi raja-raja tiran di berbagai belahan bumi. Para raja yang bengis dan kejam itu memang sudah selayaknya diberi pelajaran. Kalau rakyatnya tidak mampu, maka menjadi kewajiban daulah Islam saat itu untuk mengambil posisi sebagai benteng pertahanan terakhir dan menjadi konsentrasi pusat kekuatan dan perlawanan menentang tiran itu.

Salah satu bukti bahwa penyebaran Islam itu bukan penjajahan atau pemaksaan kehendak adalah kesaksian dari bangsa-bangsa itu yang merasa bahagia bisa terbebas dari raja mereka sendiri yang kerjanya memeras rakyat. Mereka merasa lebih nyaman dan aman negeri dipimpin oleh umat Islam karena mereka tahu persis bahwa umat Islam tidak pernah mengusik-usik urusan agama. Mereka berhak untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya meski dalam posisi minoritas. Toleransi yang tinggi dan keadilan umat Islam bila berkuasa di suatu negeri sedemikian masyhur di masa itu. Sehingga rakyat Mesir pun merasa perlu mengundang umat Islam agar segera saja ‘menjajah’ negeri mereka. Lebih baik hidup di bawah kekuatan muslimin dari pada di bawah raja mereka sendiri.

KESIMPULAN :

1. Penyebaran Islam ke berbagai negara sama sekai berbeda dengan penjajahan apalagi pemaksaan agama. Karena tetap ada tiga pilihan.

2. Pemberian tiga pilihan kepada para penguasa dunia itu adalah sepenggal periode dimana memang posisi Islam sudah sedemikian kuat untuk mengimbangi mereka. Sebelumnya, ada sekian banyak periode dimana umat Islam justru ditindas dan tidak bisa bebas berdakwah.

3. Para penguasa yang diultimatum adalah tipe penguasa yang lalim dan jelas-jelas mengancam kedaulatan Islam.

Post a Comment Disqus Blogger

Maklumat:

1. Terima kasih atas kunjungannya, semoga bisa memberi manfaat

2. Silahkan baca artikel dan beri komentar dengan bahasa dan tutur kata yang baik

3. Semoga slalu dalam karunia Allah SWT

 
Top