“Berbicara seputar Hati
Yang Mati ” (Seri Pencerahan)
Setiap
insan dianugerahi hati, salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting.
Berbicara tentang hati, mari kita bedakan hati secara fisik dan hati secara
makna (kiasan).
Secara
fisik, hati yang memiliki nama yunani “hepar” memiliki banyak fungsi utama bagi
tubuh manusia, seperti menyimpan mineral, vitamin yang larut lemak vitamin
(A,D,E,K), menghasilkan cairan empedu yang mencerna lemak, dan masih banyak
lagi.
Secara
makna (kiasan), hati identik dengan keadaan perasaan seseorang, keadaan jiwa
dari manusia. Perbedaan keduanya dapat diungkap dari kedua kalimat ini :
A
meninggal karena hatinya terserang kanker (secara fisik)
Perkataan
B sungguh makan hati (secara makna).
Kali
ini kita akan membahas hati lebih secara makna, daripada fisik, karena penulis
bukan seorang dokter jadi tidak mengerti detail bagaimana teknis suatu hati
berfungsi menurut dunia kesehatan.
Hati
yang dalam pengertian maknanya berarti keadaan perasaan dan jiwa seseorang,
pasti terjadi perubahan atau siklus. Perasaan suka, benci, bahagia, sedih, dan
lain sebagainya berpusat di hati. Berbagai macam perasaan tersebut silih
berganti mengisi hati seseorang. Hati kalau dikaitkan dalam istilah bahasa Arab
“qolbu” dengan kata kerja “qolaba” yang berarti “terbalik”.
Wajar
bila keadaan hati seseorang selalu berfluktuasi (naik-turun) atau
terbolak-balik. Kita tidak perlu heran melihat seseorang tersenyum namun
setelah satu jam berikutnya menangis. Sehari bilang suka namun setelah seminggu
bilang benci. Begitulah keadaan perasaan seseorang yang menyesuaikan dengan apa
yang terjadi kepada seseorang tersebut. Maka perlu diyakini pula bila suatu
hubungan satu orang dengan orang lain takkan selamanya selalu searah dan
sependapat, boleh jadi ada kalanya bersilang pendapat dan berselisih pikiran.
Manajemen
konflik dan menyikapi perbedaan merupakan sikap kedewasaan yang perlu
ditumbuhkan pada setiap diri manusia untuk menanggulangi fluktuasi keadaan
hati.
Ketika
menyadari bahwa hati begitu mudah nya terbolak-balik, maka butuh bantuan sang
Pemilik hati sebenarnya yaitu Allah SWT, agar hati selalu dalam jalan-Nya. Dalam
suatu doa yang diriwayatkan hadist shahih, Rasulullah SAW memohon kepada Allah
dengan panggilan “Ya Muqollibal Qulub”, wahai “Sang Pembolak-balik hati”.
Kemudian ada riwayat perkataan setelahnya, “Tetapkanlah hati kami terhadap
agama-Mu/ agama Islam”.
Allah
juga memiliki Kuasa atas penyatuan atau pengaitan hati satu orang dengan orang
lain. Jadi sudah biasa bila kadang kita melihat seorang A bisa begitu mencintai
B padahal secara logika hal tersebut kecil kemungkinan terjadi. Sekali lagi
kita perlu benar-benar menyadari Kuasa Allah atas segala sesuatu yang ada di
bumi.
Berikut
landasan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan :
Allah
Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan Yang mempersatukan hati-hati
mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati-hati
mereka, akan tetapi Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah
mempersatukan hati-hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
(Al-Anfal: 63).
Kemudian
ada suatu renungan, bahwasanya hati dapat mati bila tidak digugah untuk dapat
benar-benar melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, dikutip dari Syeikh
Ibrohim Adham yang menyatakan 10 tanda hati yang Mati ialah;
1.
Mengaku kenal Allah SWT tetapi tetapi tidak menunaikan hak- haknya.
2.
Mengaku cinta pada Rasulullah Saw. tetapi tidak menunaikan daripada
Sunnah-sunnah
Baginda
Nabi Saw.
3.
Membaca al-Quran tetapi tidak beramal dengan hukum-hukum di dalamnya.
4.
Memakan nikmat- nikmat Allah SWT tetapi tidak mensyukuri atas pemberiannya.
5.
Mengaku syaithon itu musuh tetapi tidak berjuang menentangnya
6.
Mengaku adanya nikmat surga tetapi tidak beramal untuk mendapatkannya.
7.
Mengaku adanya siksa neraka tetapi tidak berusaha untuk menjauhinya.
8.
Mengaku kematian pasti tiba bagi setiap jiwa tetapi masih tidak bersedia
untuknya.
9.
Menyibukkan diri membuka keaiban orang lain tetapi lupa akan keaiban diri
sendiri.
10.
Menghantarkan dan menguburkan jenazah/ mayat saudara seIslam tetapi tidak
mengambil pengajaran daripadanya
Menurut
penulis, sebenarnya pada manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, maka
hatinya (secara makna) masih memiliki kemungkinan untuk hidup. Artinya hidayah
bisa jadi datang kapan saja dan dari mana saja arahnya. Dalam Al-Qur’an ,
sebatas pengetahuan penulis, kata “hati” tidak disifati dengan kata mati,
melainkan menjadi keras (qasat qulubuhum), tertutup, terkunci dan lain
sebagainya. Atau kita bisa tafsirkan bahwa kata “mati” bukanlah meninggal yang
takkan hidup lagi tapi artinya kiasan bagi hati yang tak menjalankan fungsinya
(secara makna) untuk menggugah manusia dan mengingatkan mereka tentang
kewajiban sesungguhnya hidup di dunia itu ialah beribadah kepada Allah SWT.
Sebagai
penutup, ada sebuah syair mengatakan :
“Hati
adalah cermin, tempat pahala dan dosa bertarung”.
So..ketika
seorang manusia melakukan kesalahan dan melanggar aturan Tuhan, ada alarm alami
yang namanya “hati”. Ketika hati nurani masih bersih dan dominan untuk mengajak
seseorang melakukan banyak kebaikan maka hatinya hidup dan sehat. Namun bila
sebaliknya, bilamana hati sudah tak merespon mana perbuatan buruk dan mana
perbuatan baik, maka hati tersebut sakit, dan bisa dibilang “mati” karena tidak
berfungsi sebagaimana diharapkan.
Hati
memiliki perumpamaan istimewa sebagai parameter kebaikan seseorang, dalam
sebuah hadist
dikatakan
(أَلا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ, أَلا وَهِيَ الْقَلْبُ)
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal
daging, apabila dia baik maka
baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka
buruklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia
adalah hati "
Penulis: Azhar Alam
Artikel: www.solusiislam.com
Post a Comment Facebook Disqus Blogger
Maklumat:
1. Terima kasih atas kunjungannya, semoga bisa memberi manfaat
2. Silahkan baca artikel dan beri komentar dengan bahasa dan tutur kata yang baik
3. Semoga slalu dalam karunia Allah SWT