Tahun ini, pemerintah menetapkan awal puasa pada Rabu (10/7) besok. Penetapan itu diketok setelah melalui sidang isbat yang digelar Kementerian Agama, Senin (8/7).

Pemerintah menetapkan awal puasa besok dengan alasan kuat. Dengan menggunakan metode rukyatul hilal, hasil pemantauan 36 ahli di 33 provinsi, hilal tidak tampak karena rata-rata posisi hilal berada di kisaran 0,65 derajat. Menurut Menteri Agama Suryadharma Ali, hilal baru bisa terlihat di kisaran dua derajat.



Keputusan pemerintah ini juga diikuti oleh organisasi-organisasi Islam lainnya, termasuk Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Muhammadiyah memilih berbeda dengan penetapan pemerintah. Muhammadiyah jauh-jauh hari sudah menetapkan awal puasa jatuh pada Selasa (9/7) hari ini.



 

Awal Ramadhan Menurut Muhammadiyah

Muhammadiyah juga mempunyai alasan kuat menetapkan puasa hari ini. Alasan Muhammadiyah, ijtima Ramadan 1434 H, terjadi pada hari Senin Pon, 8 Juli 2013 mulai pukul 14:15:55 WIB, sedangkan tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta adalah +0® 44' 59", dan hilal akan wujud membelah dari kawasan Indonesia.

Dengan kriteria hisab wujudul hilal, maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1434H jatuh pada Selasa Wage, 9 Juli 2013.

Perbedaan kriteria dan metode yang digunakan antara pemerintah, NU dan Muhammadiyah ini sudah lama. Pemerintah dan NU menggunakan metode rukyatul hilal atau rukyat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal lewat hisab.

Mari diulas kedua metode di atas. Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.

Sementara rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (magrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (magrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai magrib hari berikutnya.

Perlu diketahui bahwa dalam kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 atau 30 hari.
  

Cara Menentukan awal Ramadhan:

Nah, untuk menentukan kriteria awal kalender Hijriah ada dua. Lewat rukyatul hilal dan wujudul hilal.

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Hadits Nabi Muhammad Shallahu 'alaihi wasallam:

"Jika kalian melihatnya (hilal bulan Romadhon) maka berpuasalah. Dan jika kalian melihatnya (hilal bulan Syawwal) maka berhari rayalah, akan tetapi jika ia (hilal) terhalang dari pandangan kalian maka kira-kirakanlah”, dalam riwayat lain "…maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban, pen). Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari no. 1907 dan Muslim no. 1080)

Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari" (HR. An Nasai no. 2116)

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh NU, dengan dalih mencontoh sunah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah.

Sedangkan wujudul hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan bulan terbenam setelah matahari terbenam, maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) bulan saat matahari terbenam.

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dalam penentuan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Hisab Wujudul hilal dapat dijadikan dasar sesuai perintah Al Qur'an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra': 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40. 


Perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan Ramadhan memang tidak ada habisnya, sebab hal tersebut hampir terjadi ditiap tahunnya. namun sebagai muslim yang baik, tentunya kita harus menyikapi perbedaan tersebut dengan hati yang ikhlas dan legowo, jangan sampai perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan menodai hati kita dengan datangnya Ramadhan itu sendiri.

Mari kita eratkan tangan, kita satukan hati, satukan tujuan untuk menggapai kemuliaan Ramadhan, demi kemaslahatan umat Islam yang lebih baik lagi. AMin 
(iwd/wmc).

Post a Comment Disqus Blogger

Maklumat:

1. Terima kasih atas kunjungannya, semoga bisa memberi manfaat

2. Silahkan baca artikel dan beri komentar dengan bahasa dan tutur kata yang baik

3. Semoga slalu dalam karunia Allah SWT

 
Top