Tidak semua kebohongan itu dosa
Berbohong adalah sebuah perbuatan yang sangat
tercela, dan kita selaku manusia nomal tentu sangat tidak menyukai perilaku
yang satu ini, dan sudah banyak sekali dalil-dalil yang melarang sekaligus mencela
sifat bohong dan dusta. Selaku orang muslim sudah seharusnya menjauhi perbuatan
tersebut dan senantiasa bersikap jujur dalam segala hal seperti yang telah
diajarkan Baginda Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Masih ingat
kenapa Rasulullah SAW mendapat gelar “ Al Amin”?
Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya:
“Tanda
orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia
berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan
amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari
dan Muslim).
Namun dibeberapa situasi tertentu, ternyata ada
kebohongan yang dibolehkan dan bukan sebuah dosa jika kita “kepepet”
melakukannya.
1.
Berbohong untuk mendamaikan antar sesama
manusia
Seperti yang telah Rasulullah SAW sabdakan
dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ummi Kultsum binti Uqbah:
“Bukan seorang
pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya adalah berbohong untuk mendamaikan kedua kubu yang sedang
berseteru. Sebagai contoh: si A sedang berseteru dengan si B, kemudian datang
si C yang mengetahui tentang permasalahan tersebut, dan si C mengatakan (dengan
bohong) kepada A tentang B, yang membuat A ridha dan mau memaafkan kesalahan B,
dan sebaliknya. Semua itu C lakukan demi
mendamaikan perseteruan tersebut.
Riwayat lainnya:
“Belum
pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan
manusia selain dalam 3 hal: Ketika perang, dalam rangka mendamaikan
antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada
suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR. Muslim)
Dalam hadist lain yang diriwayatkan dari ‘Asma binti Yazid:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali
dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong
dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.
Dari keterangan hadist tersebut maka dapat disimpulkan tentang kebohongan
yang diperbolehkan, dan kita bahas untuk selanjutnya;
2.
Bohongnya suami untuk mendapatkan ridho istri.
Yang dimaksud adalah bohongnya suami untuk menampakkan rasa cinta dan kasih
kepada istrinya, memuji-muji kecantikan istri, gombal dan lainnya yang
bertujuan demi lestarinya kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Sehingga
sang istripun merasa senang dan tersipu malu dan tenang saat bersama dengan
suami. Akhirnya terjalin keluarga yang harmonis dan penuh canda tawa antar
suami-istri.
Namun yang harus diperhatikan disini adalah larangnya bohong yang bisa
meninggalkan kewajiban, mengambil hak istri ataupun sang suami tidak
bertanggungjawab terhadap istrinya. Maka yang seperti ini sangat dilarang.
“Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong antar-suami istri adalah
bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau mengambil sesuatu yang bukan
haknya.” (Fathul Bari, 5:300)
3.
Bohong dalam peperangan
Contohnya adalah berbohong
dalam bersiasat atau membuat strategi perang dengan berpura-pura menunjukkan
kekuatan perang yang lebih besar dst. Namun berbohong untuk mengingkari sebuah
perjanjian perang tidak diperbolehkan.
4.
Berbohong untuk mempertahankan keimanan (Qoulul Ikrah)
Aqidah adalah pondasi
keislaman kita, salah satunya adalah dengan beriman kepada Allah SWT, dst. Selaku
hamba yang takut akan azab neraka, selayaknya kita senantiasa menjaga aqidah
atau keimanan tersebut hingga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin
Akan tetapi dalam situasi
tertentu keimanan tidak terlepas dari ujian yang sangat berat. Seseorang dalam
keadaan terdesak yang bisa membahayakan dirinya, dibolehkan baginya berbohong
untuk berucap kufur dengan ketenangan hati (lisan
berucap, hati tetap beriman)
Contoh : kisah yang menimpa Ammar Yassir yang terpaksa mengaku kembali
menyembah berhala saat dia disiksa dan selepas melihat ibunya Sumayyah dan bapaknya, mati ditikam Abu Jahal
karena mempertahankan akidah. Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai kedudukan
Ammar selepas itu, menyatakan bahwa Ammar tetap terpelihara akidahnya karena
dia dipaksa berbuat begitu dan hal itu di luar keinginan hatinya.
Kesimpulan dari uraian diatas:
- Pada hakikatnya berbohong dan berdusta adalah perbuatan yang buruk, tercela dan berdosa dan sangat dibenci oleh Allah SWT dan RasulNYA SAW.
- Namun dalam situasi tertentu bohong itu dibolehkan dengan melihat niat dari pelakunya, bahkan malah menjadi wajib. Wallahua’lam
Ditulis oleh Ustadz Abu Syauqie al Mujaddid (Dewan Pembina Solusi Islam)Bagi yang ingin bertanya silahkan klik disiniArtikel : www.solusiislam.com
Kalau kita berbohong demi supaya orang lain tidak khawatir itu gimana hukumnya??
ReplyDeletecontoh:
si A : Kamu lagi sakit ya,,,kita kerumah sakit aja
si B : nggak kok, aku gk papa
padahal si A itu lagi sakit beneran
itu gimana?